Kegiatan

Merayakan Bulan Bung Karno, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno bekerja sama dengan lintas komunitas, tokoh masyarakat, dan seniman membuat berbagai kegiatan selama enam hari berturut-turut. Kegiatan diselenggarakan tiap malam, mulai tanggal 14 Juni hingga 19 Juni 2019 di Amphitheater UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Lampu sorot sudah dinyalakan sejak petang. Pementas dan teknisi secara bertahap mempersiapkan ruang pertunjukan yang dipersembahkan khusus untuk warga Blitar dan sekitarnya. Pedagang kaki lima bersiap menjajakan dagangannya sebelum matahari tenggelam. Tak ketinggalan, buku-buku dijejer rapi di atas karpet tipis sebagai bahan bacaan warga sembari mengobrol suka ria. Babak Pertama (14 Juni 2019) Pemutaran Film Sukarno menjadi ritual pembuka hari pertama. Tiga puluh menit durasi menjelaskan peristiwa Sukarno muda hingga perannya memerdekakan Indonesia. Selepas film, grup musik Arunawa langsung meresponnya. Grup musik yang beranggotakan tujuh personil itu melantunkan irama-irama nusantara. Berbagai lagu daerah diaransemen ulang. Lagu ciptaan Sukarno, Mari Bersuka Ria dinyanyikan di tengah pertunjukan. Malam itu bisa dibilang pertunjukan partisipatif, karena Arunawa memberi kesempatan kepada penonton untuk unjuk suara. Hebatnya, banyak penonton yang mengacungkan tangan saat diberi kesempatan menyanyi, baik remaja hingga dewasa. Penampil dan penonton membangun chemistry yang hangat, mereka berdialog. Babak Kedua (15 Juni 2019) Malam kedua dan ketiga, Lintas Komunitas Blitar Raya didapuk mengisi acara, Organisasi yang menaungi ratusan komunitas di Blitar itu mengirimkan delegasinya. Grup Musik Bina Mitra menjadi prolog acara. Menghibur penonton yang sedari petang sudah memadati Amphitheater. Ruang publik itu didekor penuh lilin, menambah nilai artistik. Teater Etnika tampil dua kali malam ini. Tari Lenso di awal, kemudian dilanjut ketoprakan. Di antara itu diputar Film Sukarno bagian pertama. Pun nilai marhaenisme dikuatkan lagi dalam Talk Show Kebangsaan. Aktivis asal Blitar, Deni Saputra menjadi narasumber kali ini. Beliau memaparkan kaitan marhaniseme dengan pancasila. Wisnu Rah, menutup talkshow dengan pusinya. Membakar massa melalui kritikan sosial politiknya. Babak Ketiga (16 Juni 2019) Lagu Keroncong mengalun merdu. Menemani santap ringan para penonton. Terlihat seorang Ibu menyuapi cilok pada anaknya yang duduk tekun melihat pertunjukan. Semoet Geni dan Sakura membawakan berbagai nomor lagu populer yang dikeroncongkan. Musik keroncong disambut dengan musik kebangsaan. Kini giliran muda-mudi yang tergabung dalam UKM Musik naik panggung. Penonton bernyayi kencang saat Lagu Kebyar-Kebyar karangan Gombloh dilantunkan.Film Sukarno bagian kedua diputar. Penonton khidmat, tenggelam dalam narasi nasionalisme. Selanjutnya Talkshow bertema Trisakti dimulai. Pak Bondan, yang dikenal sebagai seniman dipilih menjadi narasumber kali ini. Berseragam hitam-hitam dan berpeci, layaknya seorang veteran perang, Pak Bondan membius penonton melalui materinya. Pun penonton aktif bertanya saat sesi tanya jawab digelar. Babak Keempat (17 Juni 2019) Film Bung Karno diputar di antara nada-nada musik lintas genre yang dimainkan kelompok musik Patriot. Tak hanya lgu-lagu Indonesia, lagu latin semacam Quizaz, Quizaz, Quizaz berhasil membuat penonton berdendang. Malam itu, musik menjadi panglima. Babak Kelima (18 Juni 2019) Hari yang dinanti-nanti berbagai elemen warga Blitar. Anak-anak, remaja, hingga kakek nenek rela duduk berjam-jam demi pertunjukan lokal satu ini. Ya benar, Jaranan. Kesenian yang mendarah-daging bagi warga Blitar ini tampil hampir lima jam! Selepas salat isya, sekitar pukul 19.00, penonton sudah memenuhi Amphitheater. Untuk pemanasan, Film Bung Karno ditampilkan. Setelah film usai musik khas jaranan mengokupasi ruang. Penonton khidmat, hingga larut malam. Babak Keenam (19 Juni 2019) Berbagai tarian menjadi sajian pamungkas di hari terakhir. Di barisan penonton terlihat berbagai deret kelompok tari anak-anak yang sudah memakai busana pilihannya. Mereka menunggu dipanggil pemandu acara untuk naik ke panggung. Sembari bersenda gurau dengan teman di sampingnya. Sepuluh tarian tuntas digelar malam itu. Hanya satu penampil non tari, yakni Nata. Penyanyi cilik nan menggemaskan itu memikat penonton dengan lagu Keluarga Cemara. Setelah melihat puluhan anak-anak menari di panggung, tiga penari dewasa menjadi gong penutup acara. Tiga penari dengan tiga koreografer menyuguhkan tarian kontemporer. Setengah jam lebih gerak tari mereka tampak surreal, simbolik, pemandangan yang jarang dijumpai di panggung-panggung daerah Blitar. Kain merah putih dipancang, lagu kebangsaan dimainkan. Lenggak-lenggok tiga penari berkelindan. Mereka lalu berjalan ke tengah, saling berpegangan tangan, menunduk mengucapkan terima kasih kepada penonton, gemuruh tepuk tangan terdengar, pertunjukan usai. (hry)

Senin lalu, tanggal 17 Juni 2019, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno menggelar kegiatan Dialog Kebangsaan dan Pemikiran Bung Karno dengan tema “Dengan Semangat Lahirnya Pancasila Memperkokoh Nasionalisme Indonesia.” Memperingati Bulan Bung Karno serta hari lahirnya Pancasila, kegiatan ini diwujudkan agar ide, gagasan, pemikiran dan ajaran nasionalisme Bung Karno sebagai sosok nasionalis, pejuang, proklamator, pendiri dan bapak bangsa yang telah diakui kelebihan dan kehebatannya oleh masyarakat dan dunia internasional dapat diteruskan dan digali lebih dalam oleh generasi penerus bangsa. Kegiatan Dialog Kebangsaan dan Pemikiran Bung Karno masuk dalam rangkaian layanan Perpustakaan Proklamator Bung Karno, sebagai perpustakaan rujukan dalam penggalian nilai-nilai pemikiran serta perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai proklamator, serta pejuang-pejuang lainnya. Kegiatan berlangsung pukul 08.00-13.00 WIB. Memilih lokasi di area kolam UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno bukan tanpa alasan. Area tersebut tepat di tengah antara situs pustaka-memorabilia dan makam Bung Karno. Diharapkan peserta mendapatkan inspirasi-inspirasi melalui bentangan situs dan diskursus Dialog Kebangsaan dan Pemikiran Bung Karno. Tidak main-main, 1000 orang dari berbagai latar belakang di seluruh Indonesia diundang untuk hadir dan berdialog mengenai kebangsaan dan nasionalisme Indonesia. Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Dra. Janti Suksmarini, MM. menyampaikan laporan kegiatan ini. Kemudian Dra. Hj. Ofy Sofiana, M.Hum mewakili Kepala Perpustakaan Nasional memberikan sambutan. Drs. Rudi Wijanarko, Msi, Sekertaris Daerah Kota Blitar menyatakan dalam sambutannya, “Perpus Bung Karno sudah cukup aktif melakukan beberapa kegiatan, kalau bisa tetap dipertahankan dan ditingkatkan.” Beliau membuka kegiatan Dialog Kebangsaan secara resmi dengan memukul gong. Dialog Kebangsaan dimoderatori oleh Dra. Indah Iriani, MPd. Selaku Direktur Blitar Heritage Society, tiga narasumber didapuk memaparkan materinya, antara lain: 1. Dr. Nur Wahyu Rochmadi, MPd, Msi. Direktur Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang Materi: “Transformasi Nilai Pancasila bagi Generasi Muda dalam Era Informasi” 2. Dr. Suyatno Dosen Fakultas Ilmu Budaya UNS Surakarta Materi: “Pemikiran Bung Karno dan Pancasila” 3. M. Taufik, MAP. Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Jawa Timur Materi: “Pendidikan Pancasila dan Revolusi Mental.” Sebelum memasuki sesi seminar, Indah Iriani mengajak seluruh peserta untuk merenung sejenak. Mengenang dan merapalkan doa untuk keselamatan Bung Besar. Satu per satu narasumber menyampaikan materinya. Peserta terlihat antusias mendengarkan, sembari mencatat ucapan-ucapan yang penting. Kurang lebih satu jam digunakan ketiga narasumber mempresentasikan materinya. Sekarang giliran peserta memberikan umpan-balik atas apa yang mereka dengarkan. Sontak banyak tangan mengacung, selepas moderatur membuka sesi tanya jawab. Karena waktu yang terbatas, hanya 10 penanya yang difasilitasi. Dari PNS, pelajar, komunitas, hingga budayawan tak luput bertanya. Ketiga narasumber menjawab dengan tuntas. Meski sudah dirapel , moderator memberi waktu tambahan kepada narasumber. Acara ditutup dengan pidato oleh tamu undangan yang mewakili dinas masing-masing. Dialog Kebangsaan dan Pemikiran Bung Karno adalah sebuah itikad untuk menjaga kesatuan bangsa, yang diambil dari masa lalu, dikontekstualisasikan di masa sekarang, agar berbuah manis di masa depan. (hry)

Blitar, 18 Juni 2019 – Tiada kemerdekaan sonder nasionalisme, itulah kata-kata Bung Karno yang pernah beliau utarakan. Tanpa nasionalime mustahil bangsa Indonesia dapat keluar dari dari penjajahan Belanda, sebuah imperialisme yang membodohkan, merendahkan derajat bangsa Indonesia. Bung Karno terus berjuang untuk melawan dua hal yaitu kapitalisme serta imperialisme dimana pihak yang diuntungkan hanyalah sang pemilik modal. Konsep perjuangan Sukarno adalah nasionalisme Indonesia kesejahteraan bersama dimana satu untuk semua dan semua untuk semua. Hal tersebutlah yang disampaikan oleh para pustakawan ketika ada kunjungan  ke UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Mereka diinformasikan tentang konsep nasionalisme Bung Karno selain itu mereka juga diinformasikan tentang biografi singkat Bung Karno mulai sejak beliau lahir pada tanggal 6 Juni 1901 kemudian bersama dengan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 serta sampai pada akhir hayatnya pada tanggal 21 Juni 1970. Selain itu para peserta juga diajak untuk berkunjung ke ruang koleksi memorabilia dimana pada ruangan tersebut pada peserta kunjungan dapat melihat berbagai macam koleksi yang ada didalammnya yang terkait tentang Bung Karno mulai dari berbagai macam lukisan, foto-foto, sampai dengan koper yang pernah dipakai oleh Bung Karno ketika keluar masuk penjara. Selain itu para peserta juga diajak untuk melihat pemutaran film biografi Bung Karno. Diharapkan dengan adanya kunjungan ini peserta dapat dengan singkat mengetahui sejarah perjuangan Bung Karno bersama dengan para` pejuang bangsa lainnya dan dapat memetik pelajaran yang terkandung didalamnya. (hry)

Blitar, 4 Mei 2019 – UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang terletak dikota Blitar Jawa Timur kini semakin dikenal sebagai gudangnya nasonalisme Indonesia hal ini tidak terlepas dari seringnya mengadakan kegiatan pemasyarakatan serta sosialisasi tentang nasionalisme Indonesia yang sering Bung Karno dengungkan keseantero Indonesia bahkan dunia, karena menurut Sukarno tidak akan ada kemerdekaan sonder nasionalisme, oleh karena itu nasionalisme adalah sesuatu hal yang penting untuk diketahui oleh bangsa Indonesia. Hal tersebut tampak jelas terlihat pada kunjungan kali ini, sebanyak 35 orang pramuka dari Bojonegoro hadir dalam kunjungan ke UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, mereka diajak untuk mengenal perpustakaan bahwa pada dewasa ini sebuah perpustakaan bukan hanya sebuah tempat dimana terdapat banyak sekali deretan-deretan buku yang terletak didalam rak yang disusun dengan sedemikian rupa sehingga memudahkan pengunjung untuk mencari informasi yang diinginkan namun lebih dari itu perpustaakaan dewasa ini telah menjelma menjadi sesuatu yang baru, deretan buku usang dan berdebu diolah sedemikian rupa menjadi lebih cantik dan tertata dengan baik.

Perpustakaan Proklamator Bung Karno memiliki kekhasan sendiri yang tidak dimiliki oleh perpustakaan lain yaitu adalah tempat untuk mencari dan menggali ide-ide, gagasan, dan pemikiran tentang nasionalisme, patriotisme serta terkait tentang revolusi Indonesia.  Kunjungan para siswa/i pramuka ini ditujukan untuk menambah rasa nasionalime dengan cara mengetahui sejarah tentang perjuangan Bung Karno bersama dengan para pejuang bangsa lainnya ketika melawan imperialisme yang hadir  di Indonesia yang dibawa oleh bangsa-bangsa eropa. Menurut Sukarno penjajahan itu menghancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia, mereka dibodohkan, direndahkan oleh para penjajah sehingga tidak ada tempat bagi bangsa ini untuk menentukan nasibnya sendiri. Berdasarkan hal tersebut Bung Karno bertekad untuk membawa bangsa ini lepas dari penjajahan, berbagai cara beliau lakukan untuk mewujudkan hal tersebut hingga pada puncaknya tanggal 17 agustus 1945 beliau bersama dengan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebuah perjuangan yang tentu saja tidak mudah dan harus dilalui dengan peluh dan darah yang kini bangsa Indonesia dapat dengan bebas menentukan nasibnya setelah merdeka. Sebagai generasi milenial para siswa/i pramuka ini diberikan motivasi oleh para pustakawan agar mereka dapat mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif yang dapat membanggakan bagi dirinya serta lingkungan sekitarnya. (hry)

Blitar, 3 Mei 2019 – UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno menerima kunjungan dari SDN Bendogerit sebanyak 41 orang, SMKN 1 Rejotangan jurusan TKJ sebanyak 35 orang. Dalam kegiatan ini diisi dengan mengenalkan perpustakaan sebagai tempat pembelajaran sepanjang hayat. Para peserta yang terdiri dari siswa/i ini belajar tentang perpustakaan, mengenal koleksi-koleksi yang ada diperpustakaan mulai dari koleksi buku yang terdapat di lantai 2 sampai dengan koleksi khusus Bung Karno yang berada di lantai 1 yang merupakan koleksi unggulan yang terdapat di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Salah satu alasan didirikannya perpustakaan Bung Karno ini adalah agar` ide, gagasan, pemikiran Bung Karno serta para pejuang bangsa lainnya dapat termasyarakatkan sehingga pada akhirnya masyarakat dapat mengetahui tentang ajaran serta ide-ide besar Bung Karno serta para pejuang bangsa.

Para peserta kunjungan ini tidak hanya dikenalkan dengan jajaran koleksi buku yang berada pada rak-rak yang tersusun dengan rapi tersebut, lebih lanjut mereka juga diberikan pengetahuan serta informasi tentang biografi Bung Karno dimana beliau dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dari seorang ayah yang bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo serta seorang ibu yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai Srimben yang merupakan wanita Bali keturunan dari kasta Brahmana yang merupakan kasta tertinggi adat setempat. Sukarno saat kecil bernama Kusno namun karena sering mengalami sakit menurut kepercayaan setempat harus mengganti namanya sehingga beliau memiliki nama baru seperti yang kita kenal sekarang. Sukarno yang diharapkan nanti menjadi seorang ksatria oleh orang tuanya, sebuah harapan besar yang pastinya nanti pada tanggal 17 agustus 1945 atau 44 tahun setelah beliau lahir Bung Karno bersama Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia sebuah pintu gerbang yang sangat dinantikan oleh seluruh bangsa Indonesia.

Setelah puas mendapatkan informasi mengenai Bung  Karno serta sejarah hiduonya para peserta kemudian diajak untuk berkeliling diruang koleksi memorabilia dimana pada ruang tersebut banyak sekali benda-benda yang terkait dengan Bung Karno, mulai dari lukisan berdetak karya I.B Said, uang kertas yang dapat menggulung dengan sendirinya serta yang tak kalah menarik adalah koper bersejarah yang digunakan langsung oleh Bung Karno ketika beliau keluar masuk penjara pada saat jaman penjajahan. Setelah puas berkeliling para peserta tidak lupa diajak untuk melihat pemutaran film biografi tentang Bung Karno diruang audio visual,. Diharapkan dengan adanya kunjungan ini para peserta dapat lebih mengenal tentang Bung Karno serta ajaran beliau tentang nasionalisme Indonesia yang telah berjuang untuk membawa Indonesia menuju kemerdekaan. (hry)

Blitar, 30 April 2019 - Menjelang siang masih di Hari Selasa, 30 April 2019, Perpustakaan Proklamator Bung Karno menerima kunjungan adik-adik dan pendamping dari SDN Sukun 2 Kota Malang sebanyak 245 siswa dan 45 pendamping. Kunjungan ini dalam rangka menambah wawasan sejarah, khususnya Bangsa Indonesia dan Bapak Bangsa, Bung Karno. Pengenalan tentang sosok Bung Karno serta para pejuang bangsa dianngap perlu dan penting agar para generasi muda ini dapat belajar banyak tentang sosok kepahlawanan serta tidak meninggalkan sejarahnya sendir sesuai dengan amanat proklamasi Bung Karno pada tahun 1966 tentang Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah atau biasa disebut dengan Jasmerah. Bung Karno dalam pidato bersejarahnya di HUT 17 Agustus Tahun 1966 mengatakan: Abraham Lincoln, berkata: “one cannot escape history, orang tak dapat meninggalkan sejarah”, tetapi saya tambah : “Never leave history”. inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu. Peganglah teguh sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita miliki sekarang, yang adalah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA perjuangan kita dimasa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum, engkau akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap. Lebih lanjut Bung Karno mengatakan "Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum, engkau akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka." Sehingga mempelajari sejarah dianggap perlu dan penting bagi generasi  muda. Para peserta juga diajak untuk berkeliling diruang koleksi memorabilia dimana mereka disana dapat melihat berbagai jenis benda-bnda yang terkait dengan Bung Karno seperti lukisan berdetak karya IB Said dimana lukisan tersebut dikatakan cukup unik karena ika diperhatikan dengan seksama Lukisan tersebut tampak hidup, yang tak kalah menarik lagi adalah koper Bung Karno dimana koper tersebut selalu digunakan oleh Bung Karno ketika dimasukkan kepenjara oleh bangsa penjajah. Setelah puas melihat berbagai koleksi yang ada diruang memorabilia lalu dilanjutkan dengan kegiatan menonton film dokumenter terkait dengan Bung Karno serta kemudian kegiatan diakhiri engan mengunjungi layanan Anak dan Memorabilia. (hry)

Blitar, 27 April 2019 - UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno menerima kunjungan dari MI Plus Daul Hikmah Guppi, Ngancar Kediri. Sebanyak 52 siswa dan 6 guru pendamping ikut serta dalam kegiataan ini, adapun diadakannya kegiatan ini adalah dalam rangka puncak tema pembelajaran. Dalam kunjungan ini kegiataan diisi dengan  bercerita tentang kegemaran Bapak Pendiri Bangsa membaca, para peserta diberikan pengetahuan tentang kegunaan membaca, serta manfaat banyak membaca seperti Bung Karno yang sejak kecil memang gemar membaca. Para peserta diajak untuk mengenal dengan baik tentang tujuan didirikannya perpustakaan sebagai sarana    belajar sekaligus bermain, sehingga pengetahuan masyarakat awam tentang perpustkaan adalah deretan buu-buku yang berada didalam rak-rak berdebu dapat dihilangkan. Setelah mendapatkan pengetahuan tentang perpustakaan mereka diajak juga untuk berkeliling melihat koleksi yang adadiruang memorabilia, dimana pada ruangan tersebut para peserta dapat melihat banyak sekali benda-benda terkait dengan Bung Karno mulai dari lukisan berdetak karya IB Said, kemudian juga ada koper bersejarah yang digunakan langsung oleh Bung Karno ketika luar masuk penjara sampai dengan uang unik yang dapat melipat dengan sendirinya diatas telapak tangan. Slain itu mereka juga dapat melihat foto-foto tentang Bung Karno sejak beliau kecil, saat beliau kuliah sampai dengan beliau wafat. Perjuangan hidup Bung Karno diharapkan dapat diteladani oleh para generasi muda ini, sehingga kedepannya akan banyak sekali pemuda yang memiliki semangat berkbarr-kobar serta sekuat baja yang akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang adil, makmur serta sejahtera sesuai dengan harapan Bung Karno dahulu ketika berjuang membawa bangsa Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan. (hry)

Mataram. Rabu, (25/4/19) Perpustakaan Nasional RI - UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Nusa Tenggara Barat  mengadakan kegiatan Sosialisasi Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Acara ini bertajuk Internalisasi Pemikiran Proklamator Bung Karno tentang Revolusi Karakter Bangsa, bertempat di Gedung Graha Pradja Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peserta yang hadir sebanyak 300 orang berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi, tokoh masyarakat dan wakil dari OPD se-NTB. Kegiatan ini menghadirkan narasumber diantaranya adalah Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Nusa Tenggara Barat,  Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Dra. Janti Suksmarini, M.M., mewakili Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Budayawan Nusa Tenggara Barat, Mustakim Biawan. Dalam sambutan Kepala Perpustakaan Nasional yang diwakili oleh Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan dan memantapkan semangat patriotisme dengan semangat demokrasi  serta bermanfaat tersosialisasikannya semangat nasionalisme melalui Perpustakaan Proklamator Bung Karno.  Sambutan kedua disampaikan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dr. Ir. Manggaukang, MM., bahwa maksud dan tujuan diselenggarakannya sosialisasi ini adalah: (1) menumbuhkan semangat nasionalisme bagi penerus bangsa dalam era informasi; (2) menggali ide, pemikiran dan ajaran serta idealisme Bung Karno sebagai sumber inspirasi memantapkan kembali nasionalisme Indonesia; dan (3) untuk mensosialisasikan perpustakaan sebagai sarana dalam mencerdaskan sekaligus melestarikan nasionalisme Indonesia.  Acara ini dibuka oleh Sekda Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dr. H. Rosiady Sayuthie, M.Sc., Ph.D.  Dalam sambutannya beliau mengatakan “Semangat Bung Karno dalam mempersatukan Nusantara dan memerdekakan Indonesia harus kita gali melalui buku-bukunya yang merupakan api perjuangan, nasionalisme, idealisme dan patriotisme.” “Makam Bung Karno hanya mewariskan abu, tapi perpustakaannya mewariskan api yang mana akan selalu hidup dan memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat Indonesia,” Perpustakaan Proklamator Bung Karno adalah perpustakaan kepresidenan, termasuk jenis perpustakaan khusus yang bertugas meningkatkan budaya dan peradaban indonesia melalui pemikiran dan tindakan orang besar. Tugas dari perpustakaan Bung Karno yakni (1) mengkoordinasikan dan penyusunan kebijakan teknis, program serta pengendalian Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Proklamator Bung Karno Kota Blitar; (2) pelaksanaan pegadaan, pengumpulan, pengelolaan dan pelestarian bahan pustaka dan non pustaka; (3) pelayanan, kerjasama dan promosi perpustakaan, pelaksanaan tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan perpustakaan, penelitian dan pengkajian bahan pustaka tentang Bung Karno. “Perpustakaan Bung karno mengemban fungsi plus yakni selain menjalankan fungsi sebagai perpustakaan, museum dan juga pelestarian budaya bangsa,” ungkapnya dalam sesi pemaparan. Dalam pemaparannya, “Mus Biawan menjelaskan bahwa semangat Bung Karno dalam mempersatukan nusantara dan memerdekakan Indonesia harus kita gali dengan membaca karya-karyanya yang menyiratkan api perjuangan, nasionalisme, idealisme dan patriotisme.Kadis DPKP NTB, Manggaukang memaparkan bahwa “Kita perlu internalisasi pemikiran Bung Karno, karena kita tidak pernah bertemu dengan beliau, mengkontemplasi pemikiran-pemikiran beliau, maka tidak ada pilihan lain selain membaca buku-buku atau karya-karya Bung Karno.” Hal tersebut sesuai dengan visi perpustakaan Nasional Republik Indonesia yakni terwujudnya indonesia cerdas melalui gemar membaca dengan memberdayakan perpustakan.Diharapkan dengan adanya kegiatan sosialisasi ini dapat mengenalkan Perpustakaan Proklamator Bung Karno kepada generasi muda Indonesia sehingga semangat nasionalisme serta patriotisme Bung Karno akan dapat ditularkan kepada generasi muda. (hry)

 

Page 40 of 69