Cirebon sebagai bandar jalur sutra : kumpulan makalah diskusi ilmiah

Cirebon sebagai bandar jalur sutra : kumpulan makalah
diskusi ilmiah / Penyunting, Susanto Zuhdi. -- Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, 1996.
x, 261 hlm. : peta, tabel ; 21 cm.
Termasuk bibliografi
959.8

Kota Cirebon sebagai salah satu bandar bersejarah selama berabad-abad telah menghubungkan negeri-negeri di barat dan di timur serta negeri-negeri diantaranya baik melalui darat maupun laut, yang dikenal dengan Jalur Sutra. Faktor letak, potensi alam, dan komoditi yang mendukung aktivitas masyarakat Cirebon menjadi komponen dari sub-sistem jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Cirebon berkembang dari sebuah bandar yang bersifat lokal, kemudian menjadi bandar yang berskala regional dan internasional. Kedudukan itu dimungkinkan oleh karena letaknya yang strategis dalam jalur sutra, tempat keluar-masuknya komoditi untuk pasar domestik dan internasional. Dampak dari perkembangan bandar Cirebon adalah tumbuhnya kota Cirebon sebagai pusat politik, ekonomi, sosial-budaya (agama Islam). Cirebon yang semula dikenal sebagai pedukuhan --Pasambangan dan Lemah Wungkuk— menjadi sebuah kota besar yang berperan sebagai pusat pertemuan budaya daerah dan internasional. Kota Cirebon mewariskan bukti-bukti peninggalan sejarah dan budaya yang potensial antara lain: kesenian yang khas Cirebon (topeng, wayang, lukisan batik). Mengingat pentingnya peninggalan bersejarah dan budaya yang masih tersebar di masyarakat, maka dihimbau untuk peran sertanya dalam mendorong upaya pelestarian dan pemanfaatan bagi pendidikan, ilmu pengetahuan kepariwisataan dan lain sebagainya.

Search