Rayakan Kiprah Perempuan melalui Sarinah

Perpustakaan Bung Karno tahun ini memiliki hajatan spesial untuk perempuan dengan tajuk Sarinah. Meminjam nama figur penting dalam kehidupan Bung Karno, kegiatan ini mengundang tiga narasumber perempuan dan dihadiri oleh 300 peserta perempuan lintas generasi dan profesi. Pun selain menjadi ajang tukar gagasan antar perempuan, Sarinah juga memberikan panggung untuk festival puisi dan wastra.

Kegiatan Sarinah yang mengambil tema “Peranan Perempuan dalam Pembangunan Bangsa” dilaksanakan pada 7 Maret 2024 di Auditorium Sukarno, Perpustakaan Bung Karno. Sarinah diawali dengan pamentasan tari tradisional, kemudian dilanjutkan final festival puisi yang diikuti oleh lima perempuan dari Jakarta, Sidoarjo, Bandar Lampung, dan Blitar. Awal Februari hingga akhir, panitia membuka seleksi penulisan dan baca puisi secara daring. Puluhan peserta mengirimkan karya, dan lima peserta terpilih lah yang mengikuti babak final.

“Kami berharap dengan adanya kegiatan Sarinah ini dapat memicu para perempuan untuk lebih bersemangat dan terpacu dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” harap Nurny Syam, Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno

Sesi utama Sarinah adalah gelar wicara atau talkshow yang menghadirkan tiga narasumber yakni: Dita Faisal (presenter dan kreator konten) menyampaikan materi Perempuan dan Lingkungan, Dian Erra Kumalasari (desainer fesyen) memaparkan materi Perempuan dan Wastra, serta Nahjilah Dahriyati (psikolog klinis) membicarakan tema Perempuan dan Kesehatan Jiwa. Gelar wicara ini dimoderatori oleh Dinda Puspa yang sehari-hari berprofesi sebagai penyiar radio.

Dita banyak mengulas kisah “hijrahnya” dari Kota ke Desa untuk menjadi pribadi yang lebih bisa bermanfaat bagi lingkungan. Puluhan tahun hidup di kota besar, kini Dita bersama keluarga tinggal di pesisir selatan Kabupaten Blitar. Menanam, menanam, dan menanam, itulah Dita hari ini.

“Manusia berperan menjaga bumi untuk mendorong ekonomi. Kalau keseimbangan dalam terjaga, makhlukNya pasti Sejahtera,” jelasnya.

Dian Erra Kumalasari atau lebih terkenal dengan nama Dian Oerip menceritakan pengalamannya bergelut di dunia wastra nusantara. Selama 15 tahun Dian berkeliling Indonesia untuk mencari keajaiban wastra dan bertemu langsung dengan penenunnya.

“Wastra itu adalah Wasiat Tradisi, turun-temurun yang diturunkan oleh nenek moyang kita bahwa kita kaya dengan kain tradisional, kain yang dibuat secara handmade. Hasil saya keliling Indonesia itu dijadikan Museum Wastra di Ngawi, Jawa Timur,” ungkap Dian.

Sementara itu materi ketiga disampaikan oleh Nahjilah Dahriyati. Psikolog klinis asal Blitar ini memaparkan isu yang kini krusial, yaitu kesehatan mental perempuan. Dia menyatakan bahwa beragam kasus yang muncul, seperti adanya toxic relationship, kecemasan, menarik diri dari lingkungan luar karena merasa tidak percaya diri. 90 % masalah yang klien Nahjilah alami adalah dari kaum perempuan.

“Dengan sehat secara mental, kita akan bisa melihat potensi kita, sehingga menjadi individu yang produktif dan positif,” pesan Nahjilah.

Akhir acara, panitia mengumumkan terbaik satu hingga lima Festival Menulis dan Baca Puisi serta tiga peserta dengan penampilan wastra terbaik. Berikut daftar pemenangnya:

Lima terbaik Festival Menulis dan Baca Puisi:

1.       Rosalia Dewiarlusi – Jakarta Barat

2.       Selvi Hasibuan – Sidoarjo

3.       Septiyana Natalia – Bandar Lampung

4.       Shinta Miswatul Afifa – Blitar

5.       Anggi Intan – Blitar

Tiga Penampilan Wastra Terbaik:

1.       Neni Herawati

2.       Yuni Wahyuningksih

3.       Ega Shintia Gaya Paramitha