Pameran Naskah Klasik Nusantara Untuk Melestarikan Warisan Budaya Indonesia

 

Malang - 16 September 2015, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno bekerjasama dengan Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya mengadakan

Workshop Nasional & Pameran Naskah Klasik Nusantara Serta Kunjungan Peradaban dengan tema "Membangun Negeri dengan Peradaban Nusantara". Acara ini diadakan digedung Widyaloka. Acara ini menurut Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Drs. Suyatno, MSi, bertujuan untuk melestarikan kebudayaan indonesia dan nilai luhur dalam berbangsa dan berbudaya. Apalagi kini, semakin hari semakin surut keteladanan di seluruh penjuru negeri. "Acara ini adalah salah satu upaya untuk melestarikan nilai-nilai luhur, dan tidak boleh hanya dilakukan secara pasif, namun juga secara aktif,” Ujar Drs. Suyatno, MSi.
Menurutnya, preservasi secara pasif misalnya dengan melakukan penerbitan naskah, membuat duplikasi dan replikasi benda-benda budaya, dan lain sebagainya. Sedangkan secara aktif misalnya, dengan melakukan kajian untuk mengembangkan sesuai dengan perubahan zaman. Lebih lanjut beliau mengatakan melanjutkan, hal tersebut disebabkan karena pejabat Indonesia tidak memiliki “political-will” yang besar dalam memperjuangkan naskah jawa klasik warisan budaya Indonesia. Upaya dari pemerintah untuk meminta kembali naskah klasik tersebut juga masih terkendala dengan teknologi yang masih belum banyak dimiliki pemerintah Indonesia dalam menjaga naskah.

“Untuk memelihara naskah asli yang telah rapuh, diperlukan ruangan khusus dengan alat khusus dalam membuka lembar demi lembar naskah tersebut. Orang luar sudah memiliki, tetapi Indonesia belum banyak. Karena, alat tersebut mahal,” paparnya. Ia menerangkan, sampai saat ini naskah klasik jawa yang terkumpul yang menjadi koleksi perpustakaan nasional di Indonesia, sebanyak kurang lebih 10.800 naskah. Naskah klasik banyak datang dari pulau Jawa. Berisikan tentang sejarah atau babat jawa. Sementara itu, DYMM Sri Sultan Suryo Alam, Sultan Demak dalam kesempatan ini juga turut menyampaikan keprihatinan akan nasib naskah asli jawa klasik saat ini. Ia berujar, naskah klasik jawa merupakan warisan budaya yang sangat perlu dijaga.

“Naskah yang dapat dibilang klasik adalah naskah-naskah yang ditulis tangan dengan menggunakan berbagai media tulis seperti lontar, kertas, tulang, bambu, bahkan emas. Naskah tersebut umumnya berisi tembang macapat, kisah sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan bahkan pendidikan,” tutur Sri Sultan.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, nilai-nilai luhur dalam berbangsa dan berbudaya terasa semakin surut dengan krisis keteladanan yang melanda. Masyarakat telah mengalami degadrasi karakter, budaya, adat dan istiadat yang terus bergerak dalam arus globalisasi. Maka, dengan adanya acara seperti ini diharapkan masyarakat kembali dibukakan matanya untuk lebih menghargai warisan naskah klasik. Ia menambahkan, sampai saat ini masih banyak naskah klasik jawa yang belum terungkap isinya. Hal ini dikarenakan, sumber daya manusia di Indonesia yang sangat minim tertarik akan aksara kuno jawa. “Naskah Laga Ligo yang berasal dari Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan masih seperdua saja diketahui isinya. Saat ini, naskah tersebut disimpan rapi di Belanda. Karena, disini tidak ada tenaga ahli penerjemah yang dapat mengartikan sekaligus merawatnya dengan baik,” ungkapnya.

Sebagai anggota kerajaan ia berharap, nasionalisme yang telah dibangun sedemikian rupa oleh nenek moyang jangan sampai termakan oleh modernisasi. Mencintai kebudayaan bukan hanya dapat dilakukan dengan mengukir prestasi di luar negeri, tetapi dengan mempelajari budaya klasik seperti aksara jawa akan sangat bermanfaat demi kelangsungan kebudayaan Indonesia. Beberapa naskah yang dipamerkan dalam kesempatan ini diantaranya ada naskah kuno tulisan tangan serat donocitro tahun 1972, serat pati chentini tahun 1896, sejarah silsilah sunan giri dalam huruf arab pegon, serat baratayudha kawi, lontar probolinggo, serat suluk pamedharing ngelmi, lontar besuki jawa, dan lain sebagainya. (Hry)

Search