SUKARNO; Dibawah Bendera Revolusi Jilid I. Dimanakah tindjumu?: hlm. 25-35.

Dalam Suluh Indonesia Muda nomor tiga, Ir. J. berpendapat tentang problem agraria, yakni soal bagaimana bisa menolong rakyat tanah Jawa dari kemelaratan yang hebat. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan bertambahnya hasil bumi yang sepadan, sehingga semakin kecil pembagian rezeki di tanah Jawa itu.

Adapun usaha untuk mencegah permasalahan tersebut dengan cara menambah luasnya tanah yang dipakai untuk sawah; memperbaiki cara pertanian, sehingga hasilnya bisa bertambah; mengadakan kepabrikan (industri) agar banyak orang bisa bekerja dan mendapat penghidupan; atau dengan cara memindahkan sebagian rakyat tanah Jawa ke pulau-pulau lainnya di Indonesia, misalnya Sumatera. Akan tetapi semua usaha tersebut bukanlah hal-hal yang bisa terjadi dalam tempo yang singkat.

Ir. J. menyarankan untuk menyokong modal-modal asing di lain-lain pulau di Indonesia dengan menyumbangkan kaum buruh dari tanah Jawa, supaya mereka mendapat penghidupan. Ia berkata bahwa penyokongan pada modal asing itu perlu, karena selain menolong kemelaratan rakyat tanah Jawa, hal itu juga bisa menolong pulau-pulau tadi, sebab suburnya modal asing itu niscaya mendatangkan kemakmuran. Apabila rakyat Indonesia tidak setuju akan penyokongan modal asing itu, maka Ir. J. bertanya kepada kita: “Dimanakah tinjumu? Dimanakah kekuatan yang menghancurkan segala hal yang melawan?” sebab kekuasaan modal itu ada, dan modal itu akan bertambah walaupun kita mencegahnya.

Tulisan Bung Karno ini menguraikan alasan mengapa rakyat Indonesia tidak setuju dengan pendirian Ir. J. tersebut. Bung Karno menyarankan supaya lebih dahulu menyelidiki tentang overbevolking atau “terlalu banyaknya penduduk”, yang pada hakekatnya adalah soal rezeki, dimana hanya tergantung dari cukup atau tidaknya bahan pangan yang tersedia. Selain itu, keadaan jumlah penduduk pada suatu negeri berhubungan dengan aturan politik dan susunan ekonominya.

Namun, Bung Karno menyetujui tentang emigrasi penduduk Jawa ke pulau lainnya apabila kondisi semua sumber penghidupan di tanah Jawa tidak mencukupi, sehingga harus mencari penghidupan di tempat lain. Akan tetapi, jika pada masa emigrasi itu cara pencaharian rezeki di tanah Jawa sudah lebih baik, maka emigrasi tersebut akan berhenti. (NS)


Kata kunci: Sukarno (1901-1970), agraria, pulau Jawa, pertanian, industri, modal asing, politik, ekonomi, Ir. J., overbevolking, emigrasi, dan surat kabar Suluh Indonesia Muda tahun 1927.

Search